A. Pendahuluan
Kajian oleh L.C. Damais dan de Casparis dari sudut paleografi
membuktikan bahwa telah terjadi saling pengaruh antara dua kebudayaan yang
berbeda (yakni antara Hindu-Budha-Islam) pada awal perkembangan Islam di Jawa
Timur. Melalui data-data tersebut, Habib ingin menjelaskan bahwa sesungguhnya
dakwah Islam sudah terjadi terjadi jauh sebelum keruntuhan total kerajaan
Majapahit yakni tahun 1527M. Dengan kata lain, ketika kerajaan Majapahit berada
di puncak kejayaannya, syiar Islam juga terus menggeliat melalui jalur-jalur
perdagangan di daerah-daerah yang menjadi kekuasaan Majapahit di delapan
mandala (meliputi seluruh nusantara) hingga malaysia, Brunei Darussalam, hingga
di seluruh kepulauan Papua. Masa antara abad XIV-XV memiliki arti penting dalam
sejarah kebudayaan Nusantara, di mana pada saat itu ditandai hegemoni Majapahit
sebagai Kerajaan Hindu-Budha mulai pudar. Se-zaman dengan itu, muncul jaman
baru yang ditandai penyebaran Islam melalui jalur perdagangan Nusantara.
Melalui jalur damai perdagangan itulah, Islam kemudian semakin dikenal di
tengah masyarakat Papua. Kala itu penyebaran Islam masih relatif terbatas di
kota-kota pelabuhan. Para pedagang dan ulama menjadi guru-guru yang sangat
besar pengaruhnya di tempat-tempat baru. Sebagai kerajaan tangguh masa itu,
kekuasaan Kerajaan Majapahitmeliputi seluruh wilayah Nusantara, termasuk Papua.
Beberapa daerah di kawasan tersebut bahkan disebut-sebut dalam kitab
Negarakertagama, sebagai wilayah Yurisdiksinya. Menurut Thomas W. Arnold :
"The Preaching of Islam”, setelah kerajaan Majapahit runtuh, dikalahkan
oleh kerajaan Islam Demak, pemegang kekuasan berikutnya adalah Demak Islam.
Dapat dikatakan sejak zaman baru itu, pengaruh kerajaan Islam Demak juga
menyebar ke Papua, baik langsung maupun tidak. Dari sumber-sumber Barat
diperoleh catatan bahwa pada abad ke XVI sejumlah daerah di Papua bagian barat,
yakni wilayah-wilayah Waigeo, Missool, Waigama, dan Salawati, tunduk kepada
kekuasaan Sultan Bacan di Maluku. Bertolak dari kenyataan ini maka berdasarkan
ceritera populer dari masyarakat Islam Sorong dan Fak – fak, bahwa agama Islam
masuk di Irian Jaya sekitar abad ke 15 yang di lalui oleh pedagang – pedagang
Muslim. Daerah – daerah yang sudah mengenal dan memeluk Agama Islam itu tidak
ada pembinaan terus menerus, cukup di tanamkan oleh pedagang – pedagang muslilm
yang singgah di tempat – tempat itu kemudian mereka meninggalkan tanpa
pembinaan seterusnya. Untuk daerah Merauke, Islam di kenal melalui pembuangan –
pembuangan yang beragama Islam oleh penjajahan Belanda yang berasal dari
Sumatera, Kalimantan, Maluku dan Jawa, sehingga sampai saat ini ada istilah
yang populer di Merauke dengan nama JAMER ( Jawa Merauke ). Dari penjelasan di
atas dapat kita ketahui bahwa proses Islamisasi di Papua di lakukan melalui
jalur perdagangan yang di kembangkan oleh para pedagang – pedagang dari suku
Bugis melalui Banda ( Maluku Tengah ) dan di teruskan oleh para pedagang Arab
dari Ambon yang melalui Seram Timur. Selain melalui jalur perdagangan,
kedatangan Islam ke Papua pun bisa terjadi melalui pembuangan orang – orang
yang beragama Islam oleh Belanda yang berasal dari Sumatera, Kalimantan, Maluku
dan Jawa. Karena pada saat itu Islam telah berkembang pesat di Nusantara, dan
daerah – daerah tersebut telah di kuasai oleh kerajaan – kerajaan Islam. Namun
pada masa tersebut juga para penjajah Belanda telah mengusai wilayah kepulauan
Indonesia, dan siapa saja yang memberontak kepada belanda akan di tangkap dan
di penjarakan atau di buang dan di asingkan ke wilayah lain.
B. Letak Geografis Wilayah Papua
Pulau Papua memiliki luas sekitar 421.981 km2, pulau Papua
berada di ujung timur dari wilayah Indonesia, dengan potensi sumber daya alam
yang bernilai ekonomis dan strategis, dan telah mendorong bangsa – bangsa asing
untuk menguasai pulau Papua. Kabupaten Pucuk Jaya merupakan kota tertinggi di
pulau Papua, sedangkan kota yang terendah adalah kota Merauke. Sebagai daerah
tropis dan wilayah kepulauan, pulau Papua memiliki kelembaban udara relative
lebih tinggi berkisar antara 80-89% kondisi geografis yang bervariasi ini
mempengaruhi kondisi penyebaran penduduk yang tidak merata. Pada tahun 1990
penduduk di pulau Papua berjumlah 1.648.708 jiwa dan meningkat menjadi sekitar
2,8 juta jiwa pada tahun 2006.Perkembangan asal usul nama pulau Papua memiliki
perjalanan yang panjang seiring dengan sejarah interaksi antara bangsa-bangsa
asing dengan masyarakat Papua, termasuk pula dengan bahasa-bahasa local dalam
memaknai nama Papua. Jika dilihat dari karakteristik budaya, mata pencaharian
dan pola kehidupannya, penduduk asli Papua itu dapat dibagi dalam dua kelompok
besar, yaitu Papua pegunungan atau pedalaman, dataran tinggi dan Papua dataran
rendah dan pesisir. Pola kepercayaan agama tradisional masyarakat Papua menyatu
dan menyerap ke segala aspek kehidupan, mereka memiliki suatu pandangan dunia
yang integral yang erat kaitannya satu sama lain antar dunia yang material dan
spiritual, yang sekuler dan sacral dan keduannya berfungsi bersama-sama.
C. Proses Awal Islamisasi di Papua
Mengenai kedatangan Islam di Nusantara, terdapat diskusi dan
perdebatan yang panjang di antara para ahli mengenai tiga masalah pokok yaitu
mengenai tempat asal kedatangan Islam, para pembawanya, dan waktu
kedatangannya. Tanah Papua secara geografis terletak pada daerah pinggiran
Islam di Nusantara, sehingga Islam di Papua luput dari kajian para sejarahwan
lokal maupun asing, kedatangan Islam di tanah Papua juga masih terjadi silang
pendapat di antara pemerhati, peneliti maupun para keturunan raja-raja di Raja
Ampat-Sorong, fak-fak, kaimana dan teluk Bintuni-Manokwari, diantara mereka
saling mengklaim bahwa Islam lebih awal datang kedaerahnya yang hanya di
buktikan dengan tradisi lisan tanpa didukung dengan bukti-bukti tertulis maupun
bukti-bukti arkelogis. Penelusuran sejarah awal Islamisasi di tanah Papua,
setidaknya dapat digali dengan melihat beberapa versi mengenai kedatangan Islam
di tanah Papua, terdapat 7 versi yaitu:
1. Versi Papua
Teori ini merupakan pandangan adat dan legenda yang melekat di
sebagaian rakyat asli Papua, khususnya yang berdiam di wilayah fakfak, kaimana,
manokwari dan raja ampat (sorong). Teori ini memandang Islam bukanlah berasal
dari luar Papua dan bukan di bawa dan disebarkan oleh kerejaan ternate dan
tidore atau pedagang muslim dan da’I dari Arab, Sumatera, Jawa, maupun
Sulawesi. Namun Islam berasal dari Papua itu sendiri sejak pulau Papua
diciptakan oleh Allah Swt. mereka juga mengatak bahwa agama Islam telah
terdapat di Papua bersamaan dengan adanya pulau Papua sendiri, dan mereka
meyakini kisah bahwa dahulu tempat turunya nabi adam dan hawa berada di daratan
Papua.
2. Versi Aceh
Studi sejarah masukanya Islam di Fakfak yang dibentuk oleh
pemerintah kabupaten Fakfak pada tahun 2006, menyimpulkan bahwa Islam datang
pada tanggal 8 Agustus 1360 M, yang ditandai dengan hadirnya mubaligh Abdul
Ghafar asal Aceh di Fatagar Lama, kampong Rumbati Fakfak. Penetapan tanggal
awal masuknya Islam tersebut berdasarkan tradisi lisan yang disampaikan oleh
putra bungsu Raja Rumbati XVI (Muhamad Sidik Bauw) dan Raja Rumbati XVII (H.
Ismail Samali Bauw), mubaligh Abdul Ghafar berdakwah selama 14 tahun (1360-1374
M) di Rumbati dan sekitarnya, kemudian ia wafat dan di makamkan di belakang
masjid kampong Rumbati pada tahun 1374 M.
3. Versi Arab
Menurut sejarah lisan Fakfak, bahwa agama Islam mulai
diperkenalkan di tanah Papua, yaitu pertamakali di Wilayah jazirah onin
(Patimunin-Fakfak) oleh seorang sufi bernama Syarif Muaz al-Qathan dengan gelar
Syekh Jubah Biru dari negeri Arab, yang di perkirakan terjadi pada abad pertengahan
abad XVI, sesuai bukti adanya Masjid Tunasgain yang berumur sekitat 400 tahun
atau di bangun sekitar tahun 1587. Selain dari sejarah lisan tadi, dilihat
dalam catatan hasil Rumusan Seminar Sejarah Masuknya Islam dan Perkembanganya
di Papua, yang dilaksanakan di Fakfak tanggal 23 Juni 1997, dirumuskan bahwa:
§
Islam dibawa oleh sultan
abdul qadir pada sekitar tahun 1500-an (abad XVI), dan diterima oleh masyarakat
di pesisir pantai selatan Papua (Fakfak, Sorong dan sekitarnya)
§
Agama Islam datang ke
Papua dibawa oleh orang Arab (Mekkah).
4. Versi Jawa
Berdasarkan catatan keluarga Abdullah Arfan pada tanggal 15 Juni
1946, menceritakan bahwa orang Papua yang pertama masuk Islam adalah Kalawen
yang kemudian menikah dengan siti hawa farouk yakni seorang mublighat asal
Cirebon. Kalawen setelah masuk Islam berganti nama menjadi Bayajid,
diperkirakan peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1600. Jika dilihat dari
silsilah keluarga tersebut, maka Kalawen merupakan nenek moyang dari keluarga
Arfan yang pertama masuk Islam.
5. Versi Banda
Menurut Halwany Michrob bahwa Islamisasi di Papua, khusunya di
Fakfak dikembagkan oleh pedagang-pedagang Bugis melalui banda yang diteruskan
ke fakfak melalui seram timur oleh seorang pedagang dari Arab bernama haweten
attamimi yang telah lama menetap di ambon. Microb juga mengatakan bahwa cara
atau proses Islamisasi yang pernah dilakuka oleh dua orang mubaligh dari banda
yang bernama salahuddin dan jainun, yaitu proses pengIslamanya dilakukan dengan
cara khitanan, tetapi dibawah ancaman penduduk setempat yaitu jika orang yang
disunat mati, kedua mubaligh tadi akan dibunuh, namun akhirnya mereka berhasil
dalam khitanan tersebut kemudian penduduk setempat berduyun-duyun masuk agama
Islam.
6. Versi Bacan
Kesultanan bacan dimasa sultan mohammad al-bakir lewat piagam
kesiratan yang dicanangkan oleh peletak dasar mamlakatul mulukiyah atau moloku
kie raha (empat kerajaan Maluku: ternate, tidore, bacan, dan jailolo) lewat
walinya ja’far as-shadiq (1250 M), melalui keturunannya keseluruh penjuru
negeri menyebarkan syiar Islam ke Sulawesi, philipina, Kalimantan, nusa
tenggara, Jawa dan Papua. Menurut Arnold, raja bacan yang pertama masuk Islam
bernama zainal abiding yang memerintah tahun 1521 M, telah menguasai suku-suku
di Papua serta pulau-pulau disebelah barat lautnya, seperti waigeo, misool,
waigama dan salawati. Kemudian sultan bacan meluaskan kekuasaannya sampai ke
semenanjung onin fakfak, di barat laut Papua pada tahun 1606 M, melalui
pengaruhnya dan para pedagang muslim maka para pemuka masyarakat pulau – pulau
tadi memeluk agama Islam.Meskipun masyarakat pedalaman masih tetap menganut
animisme, tetapi rakyat pesisir menganut agama Islam. Dari sumber – sumber
tertulis maupun lisan serta bukti – bukti peninggalan nama – nama tempat dan
keturunan raja bacan yang menjadi raja – raja Islam di kepulauan raja ampat.
Maka diduga kuat bahwa yang pertama menyebarkan Islam di Papua adalah
kesultanan bacan sekitar pertengahan abad XV. Dan kemudian pada abad XVI
barulah terbentuk kerajaan – kerajaan kecil di kepulauan raja ampat itu.
7. Versi Ternate dan Tidore
Dalam sebuah catatan sejarah kesultanan Tidore yang menyebutkan
bahwa pada tahun 1443 M Sultan Ibnu Mansur ( Sultan Tidore X atau sultan Papua
I ) memimpin ekspedisi ke daratan tanah besar ( Papua ). Setelah tiba di
wilayah pulau Misool, raja ampat, maka sultan ibnu Mansur mengangkat Kaicil
Patrawar putra sultan Bacan dengan gelar Komalo Gurabesi ( Kapita Gurabesi ). Kapita
Gurabesi kemudian di kawinkan dengan putri sultan Ibnu Mansur bernama Boki
Tayyibah. Kemudian berdiri empat kerajaan dikepulauan Raja Ampat tersebut
adalah kerajaan Salawati, kerajaan Misool/kerajaan Sailolof, kerajaan Batanta
dan kerajaan Waigeo. Dari Arab, Aceh, Jawa, Bugis, Makasar, Buton, Banda,
Seram, Goram, dan lain – lain. Di peluknya Islam oleh masyarakat Papua terutama
didaerah pesisir barat pada abad pertengahan XV tidak lepas dari pengaruh
kerajaan – kerajaan Islam di Maluku ( Bacan, Ternate dan Tidore ) yang semakin
kuat dan sekaligus kawasan tersebut merupakan jalur perdagangan rempah – rempah
( silk road ) di dunia. Sebagaimana ditulis sumber – sumber barat, Tome pires
yang pernah mengunjungi nusantara antara tahun 1512-1515 M. dan Antonio
Pegafetta yang tiba di tidore pada tahun 1521 M. mengatakan bahwa Islam telah
berada di Maluku dan raja yang pertama masuk Islam 50 tahun yang lalu, berarti
antara tahun 1460-1465. Berita tersebut sejalan pula dengan berita Antonio
Galvao yang pernah menjadi kepala orang – orang Portugis di Ternate (1540-1545
M). mengatakan bahwa Islam telah masuk di daerah Maluku dimulai 80 atau 90
tahun yang lalu. proses masuknya Islam ke Indonesia tidak dilakukan dengan
kekerasan atau kekuatan militer. Penyebaran Islam tersebut dilakukan secara
damai dan berangsur-angsur melalui beberapa jalur, diantaranya jalur
perdagangan, perkawinan, pendirian lembaga pendidikan pesantren dan lain
sebagainya, akan tetapi jalur yang paling utama dalam proses Islamisasi di
nusantara ini melalui jalur perdagangan, dan pada akhirnya melalui jalur damai
perdagangan itulah, Islam kemudian semakin dikenal di tengah masyarakat Papua.
Kala itu penyebaran Islam masih relatif terbatas hanya di sekitar kota-kota
pelabuhan. Para pedagang dan ulama menjadi guru-guru yang sangat besar
pengaruhnya di tempat-tempat baru itu. Bukti-bukti peninggalan sejarah mengenai
agama Islam yang ada di pulau Papua ini, sebagai berikut:
§
Terdapat living monument
yang berupa makanan Islam yang dikenal dimasa lampau yang masih bertahan sampai
hari ini di daerah Papua kuno di desa Saonek, Lapintol, dan Beo di distrik
Waigeo.
§
Tradisi lisan masih
tetap terjaga sampai hari ini yang berupa cerita dari mulut ke mulut tentang
kehadiran Islam di Bumi Cendrawasih.
§
Naskah-naskah dari masa
Raja Ampat dan teks kuno lainnya yang berada di beberapa masjid kuno.
§
Di Fakfak, Papua Barat
dapat ditemukan delapan manuskrip kuno brhuruf Arab. Lima manuskrip berbentuk
kitab dengan ukuran yang berbeda-beda, yang terbesar berukuran kurang lebih 50
x 40 cm, yang berupa mushaf Al Quran yang ditulis dengan tulisan tangan di atas
kulit kayu dan dirangkai menjadi kitab. Sedangkan keempat kitab lainnya, yang
salah satunya bersampul kulit rusa, merupakan kitab hadits, ilmu tauhid, dan
kumpulan doa. Kelima kitab tersebut diyakini masuk pada tahun 1912 dibawa oleh
Syekh Iskandarsyah dari kerajaan Samudra Pasai yang datang menyertai ekspedisi
kerajaannya ke wilayah timur. Mereka masuk melalui Mes, ibukota Teluk Patipi
saat itu. Sedangkan ketiga kitab lainnya ditulis di atas daun koba-koba, Pohon
khas Papua yang mulai langka saat ini. Tulisan tersebut kemudian dimasukkan ke
dalam tabung yang terbuat dari bambu. Sekilas bentuknya mirip dengan manuskrip
yang ditulis di atas daun lontar yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia
Timur.
§
Masjid Patimburak yang
didirikan di tepi teluk Kokas, distrik Kokas, Fakfak yang dibangun oleh Raja
Wertuer I yang memiliki nama kecil Semempe.
Pengaruh Islam terhadap penduduk Papua dalam hal kehidupan
social budaya memperoleh warna baru, Islam mengisi suatu aspek cultural mereka,
karena sasaran pertama Islam hanya tertuju kepada soal keimanan dan kebenaran
tauhid saja, oleh karena itu pada masa dahulu perkembangan Islam sangatlah
lamban selain dikarnakan pada saat itu tidak generasi penerus untuk terus
mengeksiskan Islam di pulau Papua, dan merekapun tiadak memiliki wadah yang
bias menampungnya. Namun perkembangan Islam di Papua mulai berjalan marak dan
dinamis sejak irian jaya berintegrasi ke Indonesia, pada saat ini mulai muncul
pergerakan dakwah Islam, berbagai institusi atau individu-individu penduduk
Papua sendiri atau yang berasal dari luar Papua yang telah mendorong proses
penyebArab Islam yang cepat di seluruh kota-kota di Papua. Hadir pula
organisasi keagamaan Islam di Papua, seperti muhammadiyah, nahdhalatu ulama,
LDII, dan pesantren-pesantren dengan tradisi ahli sunnah wal jamaah. Kesimpulan
Selama ini persepsi yang berkembang di masyarakat yaitu penduduk Papua identik
dengan penduduk yang memeluk agama Kristen dan katolik, padahal pada
kenyataannya Islamlah yang pertama datang ke Papua, yaitu sekitar abad XV,
sedangkan Kristen dan katolik baru dikenalkan oleh para zending dan misionaris
pada pertengahan abad XIX di tanah Papua. Sangat di sayangkan, pada saat itu
agama Islam tidak memiliki wadah yang dapat mengembangkan ajaran Islam lebih
lama di tanah Papua sehingga tidak ada penerus – penerusnya. Islam di Papua
berkembang di sekitar pesisir, Fakfak, Sorong, Misool, Mimika, dan lain – lain.
Dalam hal dakwah Islam melalui beberapa jalur yaitu : perdagangan, pendirian
mesjid, perkawinan dan peperangan.
POSTED BY: MUJAHIDIN SEJARAH