Selasa, 13 Maret 2018

22 Jawaban Muslim Kepada 22 Pertanyaan Pendeta


Ada seorang pemuda arab yang baru saja menyelesaikan bangku kuliahnya di Amerika. Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah berupa pendidikan agama Islam bahkan ia mampu mendalaminya. Selain belajar,ia juga seorang juru dakwah Islam. Ketika berada di Amerika, ia berkenalan dengan salah seorang Nasrani. Hubungan mereka semakin akrab, dengan harapan semoga Allah SWT memberinya hidayah masuk Islam.
Pada suatu hari mereka berdua berjalan-jalan di sebuah perkampungan di Amerika dan melintas di dekat sebuah gereja yang terdapat di kampong tersebut. Temannya itu meminta agar ia turut masuk ke dalam gereja. Mula mula ia keberatan, namun karena desakan akhirnya pemuda itu pun memenuhi permintaannya lalu ikut masuk ke dalam gereja dan duduk di salah satu bangku dengan hening, sebagaimana kebiasaan mereka. Ketika pendeta masuk, mereka serentak berdiri untuk memberikan penghormatan lantas kembali duduk.
Di saat itu, si pendeta agak terbeliak ketika melihat kepada para hadirin dan berkata, “Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini.” Pemuda arab itu tidak bergerak dari tempatnya. Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu berkali-kali, namun ia tetap tidak bergerak dari tempatnya. Hingga akhirnya pendeta itu berkata, “Aku minta ia keluar dari sini dan aku menjamin keselamatannya. ” Barulah pemuda ini beranjak keluar.
Di ambang pintu, pemuda bertanya kepada sang pendeta, “Bagaimana anda tahu bahwa saya seorang muslim.” Pendeta itu menjawab, “Dari tanda yang terdapat di wajahmu.” Kemudian ia beranjak hendak keluar. Namun, pendeta ingin
memanfaatkan keberadaan pemuda ini dengan mengajukan beberapa pertanyaan, tujuannya untuk memalukan pemuda tersebut dan sekaligus mengukuhkan ugamanya. Pemuda muslim itupun menerima tentangan debat tersebut.
Pendeta berkata, “Aku akan mengajukan kepada anda 22 pertanyaan dan anda harus menjawabnya dengan tepat.”Si pemuda tersenyum dan berkata, “Silakan! Sang pendeta pun mulai bertanya, ”
Sebutkan satu yang tiada duanya,
dua yang tiada tiganya,
tiga yang tiada empatnya,
empat yang tiada limanya,
lima yang tiada enamnya,
enam yang tiada tujuhnya,
tujuh yang tiada delapannya,
delapan yang tiada sembilannya,
sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh,
sebelas yang tiada dua belasnya,
dua belas yang tiada tiga belasnya,
tiga belas yang tiada empat belasnya.
Sebutkan sesuatu yang dapat bernafas namun tidak mempunyai ruh!
Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya?
Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga?
Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyukainya?
Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu!
Siapakah yang tercipta dari api,
siapakah yang diadzab dengan api dan siapakah yang terpelihara dari api?
Siapakah yang tercipta dari batu,
siapakah yang diadzab dengan batu dan siapakah yang terpelihara dari batu?
Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar!
Pohon apakah yang mempunyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun,
setiap daun mempunyai 5 buah,
3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari?”

Mendengar pertanyaan tersebut, pemuda itu tersenyum dengan keyakinan kepada Allah. Setelah membaca bismillah ia berkata,

-Satu yang tiada duanya ialah Allah SWT.

-Dua yang tiada tiganya ialah Malam dan Siang. Allah SWT berfirman, “Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami).” (Al-Isra’: 12).

-Tiga yang tiada empatnya adalah kesilapan yang dilakukan Nabi Musa ketika Khidir menenggelamkan sampan, membunuh seorang anak kecil dan ketika menegakkan kembali dinding yang hampir roboh.

-Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur’an.

-Lima yang tiada enamnya ialah Solat lima waktu.

-Enam yang tiada tujuhnya ialah jumlah Hari ketika Allah SWT menciptakan makhluk.

-Tujuh yang tiada delapannya ialah Langit yang tujuh lapis. Allah SWT berfirman, “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.” (Al-Mulk: 3).

-Delapan yang tiada sembilannya ialah Malaikat pemikul Arsy ar-Rahman. Allah SWT berfirman, “Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat men-junjung ‘Arsy Rabbmu di atas (kepala) mereka.” (Al-Haqah: 17).

-Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Musa yaitu: tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan, musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang.*

-Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah Kebaikan. Allah SWT berfirman, “Barang siapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali lipat.” (Al-An’am: 160).
-Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah Saudara-Saudara Nabi Yusuf .
-Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah Mu’jizat Nabi Musa yang terdapat dalam firman Allah, “Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, ‘Pukullah batu itu dengan tongkatmu.’ Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air.” (Al-Baqarah: 60).
-Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah Saudara Nabi Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya.

-Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Subuh. Allah SWT ber-firman, “Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menyingsing.” (At-Takwir: 18).

-Kuburan yang membawa isinya adalah Ikan yang menelan Nabi Yunus AS.

-Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Nabi Yusuf , yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya, “Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlumba-lumba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat
barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala.” Setelah kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepada mereka, ” tak ada cercaan terhadap kamu semua.” Dan ayah mereka Ya’qub berkata, “Aku akan memohonkan ampun bagimu
kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Yusuf:98)

-Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara Keledai. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai.” (Luqman: 19).

-Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapa dan ibu adalah Nabi Adam, Malaikat, Unta Nabi Shalih dan Kambing Nabi Ibrahim.

-Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab dengan api ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim. Allah SWT berfirman, “Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim.” (Al-Anbiya’:69).

-Makhluk yang terbuat dari batu adalah Unta Nabi Shalih, yang diadzab dengan batu adalah tentara bergajah dan yang terpelihara dari batu adalah Ash-habul Kahfi (penghuni gua).

-Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap perkara besar adalah Tipu Daya wanita, sebagaimana firman Allah SWT? “Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu sangatlah besar.” (Yusuf: 28).
-Adapun pohon yang memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran matahari maknanya: Pohon adalah Tahun, Ranting adalah Bulan, Daun adalah Hari dan Buahnya adalah Solat yang lima waktu, Tiga dikerjakan di malam hari dan Dua di siang hari.

Pendeta dan para hadirin merasa takjub mendengar jawapan pemuda muslim tersebut. Kemudian ia pun mula hendak pergi. Namun ia mengurungkan niatnya dan meminta kepada pendeta agar menjawab satu pertanyaan saja. Permintaan
ini disetujui oleh pendeta.

Pemuda ini berkata, “Apakah kunci surga itu?” mendengar pertanyaan itu lidah pendeta menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan dan rupa wajahnya pun berubah. Ia berusaha menyembunyikan kekuatirannya, namun tidak berhasil.

Orang-orang yang hadir di gereja itu terus mendesaknya agar menjawab pertanyaan tersebut, namun ia cuba mengelak. Mereka berkata, “Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepadanya dan semuanya ia jawab, sementara ia hanya memberi cuma satu pertanyaan namun anda tidak mampu menjawabnya!”
Pendeta tersebut berkata, “Sesungguh aku tahu jawapan nya, namun aku takut kalian marah.” Mereka menjawab, “Kami akan jamin keselamatan anda.
” Pendeta pun berkata, “Jawabannya ialah: Asyhadu An La Ilaha Illallah Wa
Wa Aasyhadu Anna Muhammadar Rasulullah.”

Lantas pendeta dan orang-orang yang hadir di gereja itu terus memeluk agama Islam. Sungguh Allah telah menganugerahkan kebaikan dan menjaga mereka dengan Islam melalui tangan seorang pemuda muslim yang bertakwa.**

Sabtu, 17 Februari 2018

PROSES MASUKNYA ISLAM DI PAPUA (Sejarah Yang Membuktikan Jika Islamlah Yang Lebih Dahulu Masuk Ke Papua Daripada Penjajah)

A. Pendahuluan
Kajian oleh L.C. Damais dan de Casparis dari sudut paleografi membuktikan bahwa telah terjadi saling pengaruh antara dua kebudayaan yang berbeda (yakni antara Hindu-Budha-Islam) pada awal perkembangan Islam di Jawa Timur. Melalui data-data tersebut, Habib ingin menjelaskan bahwa sesungguhnya dakwah Islam sudah terjadi terjadi jauh sebelum keruntuhan total kerajaan Majapahit yakni tahun 1527M. Dengan kata lain, ketika kerajaan Majapahit berada di puncak kejayaannya, syiar Islam juga terus menggeliat melalui jalur-jalur perdagangan di daerah-daerah yang menjadi kekuasaan Majapahit di delapan mandala (meliputi seluruh nusantara) hingga malaysia, Brunei Darussalam, hingga di seluruh kepulauan Papua. Masa antara abad XIV-XV memiliki arti penting dalam sejarah kebudayaan Nusantara, di mana pada saat itu ditandai hegemoni Majapahit sebagai Kerajaan Hindu-Budha mulai pudar. Se-zaman dengan itu, muncul jaman baru yang ditandai penyebaran Islam melalui jalur perdagangan Nusantara. Melalui jalur damai perdagangan itulah, Islam kemudian semakin dikenal di tengah masyarakat Papua. Kala itu penyebaran Islam masih relatif terbatas di kota-kota pelabuhan. Para pedagang dan ulama menjadi guru-guru yang sangat besar pengaruhnya di tempat-tempat baru. Sebagai kerajaan tangguh masa itu, kekuasaan Kerajaan Majapahitmeliputi seluruh wilayah Nusantara, termasuk Papua. Beberapa daerah di kawasan tersebut bahkan disebut-sebut dalam kitab Negarakertagama, sebagai wilayah Yurisdiksinya. Menurut Thomas W. Arnold : "The Preaching of Islam”, setelah kerajaan Majapahit runtuh, dikalahkan oleh kerajaan Islam Demak, pemegang kekuasan berikutnya adalah Demak Islam. Dapat dikatakan sejak zaman baru itu, pengaruh kerajaan Islam Demak juga menyebar ke Papua, baik langsung maupun tidak. Dari sumber-sumber Barat diperoleh catatan bahwa pada abad ke XVI sejumlah daerah di Papua bagian barat, yakni wilayah-wilayah Waigeo, Missool, Waigama, dan Salawati, tunduk kepada kekuasaan Sultan Bacan di Maluku. Bertolak dari kenyataan ini maka berdasarkan ceritera populer dari masyarakat Islam Sorong dan Fak – fak, bahwa agama Islam masuk di Irian Jaya sekitar abad ke 15 yang di lalui oleh pedagang – pedagang Muslim. Daerah – daerah yang sudah mengenal dan memeluk Agama Islam itu tidak ada pembinaan terus menerus, cukup di tanamkan oleh pedagang – pedagang muslilm yang singgah di tempat – tempat itu kemudian mereka meninggalkan tanpa pembinaan seterusnya. Untuk daerah Merauke, Islam di kenal melalui pembuangan – pembuangan yang beragama Islam oleh penjajahan Belanda yang berasal dari Sumatera, Kalimantan, Maluku dan Jawa, sehingga sampai saat ini ada istilah yang populer di Merauke dengan nama JAMER ( Jawa Merauke ). Dari penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa proses Islamisasi di Papua di lakukan melalui jalur perdagangan yang di kembangkan oleh para pedagang – pedagang dari suku Bugis melalui Banda ( Maluku Tengah ) dan di teruskan oleh para pedagang Arab dari Ambon yang melalui Seram Timur. Selain melalui jalur perdagangan, kedatangan Islam ke Papua pun bisa terjadi melalui pembuangan orang – orang yang beragama Islam oleh Belanda yang berasal dari Sumatera, Kalimantan, Maluku dan Jawa. Karena pada saat itu Islam telah berkembang pesat di Nusantara, dan daerah – daerah tersebut telah di kuasai oleh kerajaan – kerajaan Islam. Namun pada masa tersebut juga para penjajah Belanda telah mengusai wilayah kepulauan Indonesia, dan siapa saja yang memberontak kepada belanda akan di tangkap dan di penjarakan atau di buang dan di asingkan ke wilayah lain.

B. Letak Geografis Wilayah Papua

Pulau Papua memiliki luas sekitar 421.981 km2, pulau Papua berada di ujung timur dari wilayah Indonesia, dengan potensi sumber daya alam yang bernilai ekonomis dan strategis, dan telah mendorong bangsa – bangsa asing untuk menguasai pulau Papua. Kabupaten Pucuk Jaya merupakan kota tertinggi di pulau Papua, sedangkan kota yang terendah adalah kota Merauke. Sebagai daerah tropis dan wilayah kepulauan, pulau Papua memiliki kelembaban udara relative lebih tinggi berkisar antara 80-89% kondisi geografis yang bervariasi ini mempengaruhi kondisi penyebaran penduduk yang tidak merata. Pada tahun 1990 penduduk di pulau Papua berjumlah 1.648.708 jiwa dan meningkat menjadi sekitar 2,8 juta jiwa pada tahun 2006.Perkembangan asal usul nama pulau Papua memiliki perjalanan yang panjang seiring dengan sejarah interaksi antara bangsa-bangsa asing dengan masyarakat Papua, termasuk pula dengan bahasa-bahasa local dalam memaknai nama Papua. Jika dilihat dari karakteristik budaya, mata pencaharian dan pola kehidupannya, penduduk asli Papua itu dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu Papua pegunungan atau pedalaman, dataran tinggi dan Papua dataran rendah dan pesisir. Pola kepercayaan agama tradisional masyarakat Papua menyatu dan menyerap ke segala aspek kehidupan, mereka memiliki suatu pandangan dunia yang integral yang erat kaitannya satu sama lain antar dunia yang material dan spiritual, yang sekuler dan sacral dan keduannya berfungsi bersama-sama.

C. Proses Awal Islamisasi di Papua

Mengenai kedatangan Islam di Nusantara, terdapat diskusi dan perdebatan yang panjang di antara para ahli mengenai tiga masalah pokok yaitu mengenai tempat asal kedatangan Islam, para pembawanya, dan waktu kedatangannya. Tanah Papua secara geografis terletak pada daerah pinggiran Islam di Nusantara, sehingga Islam di Papua luput dari kajian para sejarahwan lokal maupun asing, kedatangan Islam di tanah Papua juga masih terjadi silang pendapat di antara pemerhati, peneliti maupun para keturunan raja-raja di Raja Ampat-Sorong, fak-fak, kaimana dan teluk Bintuni-Manokwari, diantara mereka saling mengklaim bahwa Islam lebih awal datang kedaerahnya yang hanya di buktikan dengan tradisi lisan tanpa didukung dengan bukti-bukti tertulis maupun bukti-bukti arkelogis. Penelusuran sejarah awal Islamisasi di tanah Papua, setidaknya dapat digali dengan melihat beberapa versi mengenai kedatangan Islam di tanah Papua, terdapat 7 versi yaitu:

1. Versi Papua

Teori ini merupakan pandangan adat dan legenda yang melekat di sebagaian rakyat asli Papua, khususnya yang berdiam di wilayah fakfak, kaimana, manokwari dan raja ampat (sorong). Teori ini memandang Islam bukanlah berasal dari luar Papua dan bukan di bawa dan disebarkan oleh kerejaan ternate dan tidore atau pedagang muslim dan da’I dari Arab, Sumatera, Jawa, maupun Sulawesi. Namun Islam berasal dari Papua itu sendiri sejak pulau Papua diciptakan oleh Allah Swt. mereka juga mengatak bahwa agama Islam telah terdapat di Papua bersamaan dengan adanya pulau Papua sendiri, dan mereka meyakini kisah bahwa dahulu tempat turunya nabi adam dan hawa berada di daratan Papua.

2. Versi Aceh

Studi sejarah masukanya Islam di Fakfak yang dibentuk oleh pemerintah kabupaten Fakfak pada tahun 2006, menyimpulkan bahwa Islam datang pada tanggal 8 Agustus 1360 M, yang ditandai dengan hadirnya mubaligh Abdul Ghafar asal Aceh di Fatagar Lama, kampong Rumbati Fakfak. Penetapan tanggal awal masuknya Islam tersebut berdasarkan tradisi lisan yang disampaikan oleh putra bungsu Raja Rumbati XVI (Muhamad Sidik Bauw) dan Raja Rumbati XVII (H. Ismail Samali Bauw), mubaligh Abdul Ghafar berdakwah selama 14 tahun (1360-1374 M) di Rumbati dan sekitarnya, kemudian ia wafat dan di makamkan di belakang masjid kampong Rumbati pada tahun 1374 M.

3. Versi Arab

Menurut sejarah lisan Fakfak, bahwa agama Islam mulai diperkenalkan di tanah Papua, yaitu pertamakali di Wilayah jazirah onin (Patimunin-Fakfak) oleh seorang sufi bernama Syarif Muaz al-Qathan dengan gelar Syekh Jubah Biru dari negeri Arab, yang di perkirakan terjadi pada abad pertengahan abad XVI, sesuai bukti adanya Masjid Tunasgain yang berumur sekitat 400 tahun atau di bangun sekitar tahun 1587. Selain dari sejarah lisan tadi, dilihat dalam catatan hasil Rumusan Seminar Sejarah Masuknya Islam dan Perkembanganya di Papua, yang dilaksanakan di Fakfak tanggal 23 Juni 1997, dirumuskan bahwa:

§     Islam dibawa oleh sultan abdul qadir pada sekitar tahun 1500-an (abad XVI), dan diterima oleh masyarakat di pesisir pantai selatan Papua (Fakfak, Sorong dan sekitarnya)
§     Agama Islam datang ke Papua dibawa oleh orang Arab (Mekkah).

4. Versi Jawa

Berdasarkan catatan keluarga Abdullah Arfan pada tanggal 15 Juni 1946, menceritakan bahwa orang Papua yang pertama masuk Islam adalah Kalawen yang kemudian menikah dengan siti hawa farouk yakni seorang mublighat asal Cirebon. Kalawen setelah masuk Islam berganti nama menjadi Bayajid, diperkirakan peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1600. Jika dilihat dari silsilah keluarga tersebut, maka Kalawen merupakan nenek moyang dari keluarga Arfan yang pertama masuk Islam.

5. Versi Banda

Menurut Halwany Michrob bahwa Islamisasi di Papua, khusunya di Fakfak dikembagkan oleh pedagang-pedagang Bugis melalui banda yang diteruskan ke fakfak melalui seram timur oleh seorang pedagang dari Arab bernama haweten attamimi yang telah lama menetap di ambon. Microb juga mengatakan bahwa cara atau proses Islamisasi yang pernah dilakuka oleh dua orang mubaligh dari banda yang bernama salahuddin dan jainun, yaitu proses pengIslamanya dilakukan dengan cara khitanan, tetapi dibawah ancaman penduduk setempat yaitu jika orang yang disunat mati, kedua mubaligh tadi akan dibunuh, namun akhirnya mereka berhasil dalam khitanan tersebut kemudian penduduk setempat berduyun-duyun masuk agama Islam.

6. Versi Bacan

Kesultanan bacan dimasa sultan mohammad al-bakir lewat piagam kesiratan yang dicanangkan oleh peletak dasar mamlakatul mulukiyah atau moloku kie raha (empat kerajaan Maluku: ternate, tidore, bacan, dan jailolo) lewat walinya ja’far as-shadiq (1250 M), melalui keturunannya keseluruh penjuru negeri menyebarkan syiar Islam ke Sulawesi, philipina, Kalimantan, nusa tenggara, Jawa dan Papua. Menurut Arnold, raja bacan yang pertama masuk Islam bernama zainal abiding yang memerintah tahun 1521 M, telah menguasai suku-suku di Papua serta pulau-pulau disebelah barat lautnya, seperti waigeo, misool, waigama dan salawati. Kemudian sultan bacan meluaskan kekuasaannya sampai ke semenanjung onin fakfak, di barat laut Papua pada tahun 1606 M, melalui pengaruhnya dan para pedagang muslim maka para pemuka masyarakat pulau – pulau tadi memeluk agama Islam.Meskipun masyarakat pedalaman masih tetap menganut animisme, tetapi rakyat pesisir menganut agama Islam. Dari sumber – sumber tertulis maupun lisan serta bukti – bukti peninggalan nama – nama tempat dan keturunan raja bacan yang menjadi raja – raja Islam di kepulauan raja ampat. Maka diduga kuat bahwa yang pertama menyebarkan Islam di Papua adalah kesultanan bacan sekitar pertengahan abad XV. Dan kemudian pada abad XVI barulah terbentuk kerajaan – kerajaan kecil di kepulauan raja ampat itu.

7. Versi Ternate dan Tidore

Dalam sebuah catatan sejarah kesultanan Tidore yang menyebutkan bahwa pada tahun 1443 M Sultan Ibnu Mansur ( Sultan Tidore X atau sultan Papua I ) memimpin ekspedisi ke daratan tanah besar ( Papua ). Setelah tiba di wilayah pulau Misool, raja ampat, maka sultan ibnu Mansur mengangkat Kaicil Patrawar putra sultan Bacan dengan gelar Komalo Gurabesi ( Kapita Gurabesi ). Kapita Gurabesi kemudian di kawinkan dengan putri sultan Ibnu Mansur bernama Boki Tayyibah. Kemudian berdiri empat kerajaan dikepulauan Raja Ampat tersebut adalah kerajaan Salawati, kerajaan Misool/kerajaan Sailolof, kerajaan Batanta dan kerajaan Waigeo. Dari Arab, Aceh, Jawa, Bugis, Makasar, Buton, Banda, Seram, Goram, dan lain – lain. Di peluknya Islam oleh masyarakat Papua terutama didaerah pesisir barat pada abad pertengahan XV tidak lepas dari pengaruh kerajaan – kerajaan Islam di Maluku ( Bacan, Ternate dan Tidore ) yang semakin kuat dan sekaligus kawasan tersebut merupakan jalur perdagangan rempah – rempah ( silk road ) di dunia. Sebagaimana ditulis sumber – sumber barat, Tome pires yang pernah mengunjungi nusantara antara tahun 1512-1515 M. dan Antonio Pegafetta yang tiba di tidore pada tahun 1521 M. mengatakan bahwa Islam telah berada di Maluku dan raja yang pertama masuk Islam 50 tahun yang lalu, berarti antara tahun 1460-1465. Berita tersebut sejalan pula dengan berita Antonio Galvao yang pernah menjadi kepala orang – orang Portugis di Ternate (1540-1545 M). mengatakan bahwa Islam telah masuk di daerah Maluku dimulai 80 atau 90 tahun yang lalu. proses masuknya Islam ke Indonesia tidak dilakukan dengan kekerasan atau kekuatan militer. Penyebaran Islam tersebut dilakukan secara damai dan berangsur-angsur melalui beberapa jalur, diantaranya jalur perdagangan, perkawinan, pendirian lembaga pendidikan pesantren dan lain sebagainya, akan tetapi jalur yang paling utama dalam proses Islamisasi di nusantara ini melalui jalur perdagangan, dan pada akhirnya melalui jalur damai perdagangan itulah, Islam kemudian semakin dikenal di tengah masyarakat Papua. Kala itu penyebaran Islam masih relatif terbatas hanya di sekitar kota-kota pelabuhan. Para pedagang dan ulama menjadi guru-guru yang sangat besar pengaruhnya di tempat-tempat baru itu. Bukti-bukti peninggalan sejarah mengenai agama Islam yang ada di pulau Papua ini, sebagai berikut:

§     Terdapat living monument yang berupa makanan Islam yang dikenal dimasa lampau yang masih bertahan sampai hari ini di daerah Papua kuno di desa Saonek, Lapintol, dan Beo di distrik Waigeo.
§     Tradisi lisan masih tetap terjaga sampai hari ini yang berupa cerita dari mulut ke mulut tentang kehadiran Islam di Bumi Cendrawasih.
§     Naskah-naskah dari masa Raja Ampat dan teks kuno lainnya yang berada di beberapa masjid kuno.
§     Di Fakfak, Papua Barat dapat ditemukan delapan manuskrip kuno brhuruf Arab. Lima manuskrip berbentuk kitab dengan ukuran yang berbeda-beda, yang terbesar berukuran kurang lebih 50 x 40 cm, yang berupa mushaf Al Quran yang ditulis dengan tulisan tangan di atas kulit kayu dan dirangkai menjadi kitab. Sedangkan keempat kitab lainnya, yang salah satunya bersampul kulit rusa, merupakan kitab hadits, ilmu tauhid, dan kumpulan doa. Kelima kitab tersebut diyakini masuk pada tahun 1912 dibawa oleh Syekh Iskandarsyah dari kerajaan Samudra Pasai yang datang menyertai ekspedisi kerajaannya ke wilayah timur. Mereka masuk melalui Mes, ibukota Teluk Patipi saat itu. Sedangkan ketiga kitab lainnya ditulis di atas daun koba-koba, Pohon khas Papua yang mulai langka saat ini. Tulisan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang terbuat dari bambu. Sekilas bentuknya mirip dengan manuskrip yang ditulis di atas daun lontar yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia Timur.
§     Masjid Patimburak yang didirikan di tepi teluk Kokas, distrik Kokas, Fakfak yang dibangun oleh Raja Wertuer I yang memiliki nama kecil Semempe.

Pengaruh Islam terhadap penduduk Papua dalam hal kehidupan social budaya memperoleh warna baru, Islam mengisi suatu aspek cultural mereka, karena sasaran pertama Islam hanya tertuju kepada soal keimanan dan kebenaran tauhid saja, oleh karena itu pada masa dahulu perkembangan Islam sangatlah lamban selain dikarnakan pada saat itu tidak generasi penerus untuk terus mengeksiskan Islam di pulau Papua, dan merekapun tiadak memiliki wadah yang bias menampungnya. Namun perkembangan Islam di Papua mulai berjalan marak dan dinamis sejak irian jaya berintegrasi ke Indonesia, pada saat ini mulai muncul pergerakan dakwah Islam, berbagai institusi atau individu-individu penduduk Papua sendiri atau yang berasal dari luar Papua yang telah mendorong proses penyebArab Islam yang cepat di seluruh kota-kota di Papua. Hadir pula organisasi keagamaan Islam di Papua, seperti muhammadiyah, nahdhalatu ulama, LDII, dan pesantren-pesantren dengan tradisi ahli sunnah wal jamaah. Kesimpulan Selama ini persepsi yang berkembang di masyarakat yaitu penduduk Papua identik dengan penduduk yang memeluk agama Kristen dan katolik, padahal pada kenyataannya Islamlah yang pertama datang ke Papua, yaitu sekitar abad XV, sedangkan Kristen dan katolik baru dikenalkan oleh para zending dan misionaris pada pertengahan abad XIX di tanah Papua. Sangat di sayangkan, pada saat itu agama Islam tidak memiliki wadah yang dapat mengembangkan ajaran Islam lebih lama di tanah Papua sehingga tidak ada penerus – penerusnya. Islam di Papua berkembang di sekitar pesisir, Fakfak, Sorong, Misool, Mimika, dan lain – lain. Dalam hal dakwah Islam melalui beberapa jalur yaitu : perdagangan, pendirian mesjid, perkawinan dan peperangan.

POSTED BY: MUJAHIDIN SEJARAH

Jumat, 16 Februari 2018

Jual Speaker Quran Sabila Tipe 01 VDR (Hafalan dan Murottal)


Hadiah Terbaik Untuk Anak, Teman dan Kerabat

Speaker Quran Sabila Menghafal Al-Quran Jadi Lebih Mudah, lengkap 30 juz, 14 qari pilihan, disertai doa harian, doa sholat, hadits arbain, ruqyah syariah, adzan, takbir, asmaul husna, doa pagi dan sore

14 QARI PILIHAN

Terdiri dari qari anak dan dewasa, dilengkapi metode talaqqi, dan terjemah 30 juz lengkap
Abdurrahman As-Sudais – Abu Usamah
Muammar ZA – Abdullah Mathrud
Mishari Rasyid – Thoha Junayd
Ahmad Al-Mishbahi – Ahmad Saud
Mulbis Al-Bariqi – Yusuf Kalo Ali
Muhammad Al Barrak – Muh. Siddiq Al Minshawi
Al Hussayne – Ali Jaber – Emad Al Manshary

FITUR REPEAT

 ã€…Per Ayat
fitur pengulangan per ayat untuk yang ingin fokus menghafal al-quran per ayat
 ã€…Per Surat
fitur pengulangan per surat digunakan untuk yang mau murojaah hafalannya per surat
 ã€…Per Halaman
fitur pengulangan per halaman biasa digunakan para santri yang fokus menghfal al-quran per halaman
 ã€…Per Juz
fitur pengulangan per juz untuk membantu murojaah hafalan 1 juz
 ã€…Bacaan dan Terjemah
dengan speaker quran sabila kita bisa juga mendengarkan bacaan dan sekaligus mendengarkan terjemahannya
 ã€…Guru & Murid (Talaqqi)
dengan speaker quran sabila kita bisa mendengarkan metode belajar talaqqi dimana murid mengikuti bacaan guru

VARIAN WARNA

1. SPEAKER QURAN HAFALAN
  • BIRU
  • CHAMPAGNE (ORANYE)
  • HIJAU
  • MERAH
2. SPEAKER QURAN MUROTTAL
  • BIRU
  • CHAMPAGNE (ORANYE)
  • HIJAU
  • MERAH

HARGA 

Rp. 325.000,00-

CONTACT US:

HP: 0821-2572-5774
WA: 0813-1522-5514

CARA MEMESAN:

"Nama" "Tipe (Hafalan Atau Murottal)" "Warna" "Jumlah Pembelian" "Alamat"

〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓〓PERBEDAAN SPEAKER QURAN MUROTTAL DENGAN SPEAKER QURAN HAFALAN:

1. ISI SPEAKER QURAN MUROTTAL
*Lengkap 30 Juz*
- per surat
- per ayat
- bacaan dilengkapi terjemah
- metode talaqqi

*Murottal dari 14 Qari Pilihan*

*6 Qari Anak*
- Ahmad Al-Mishbahi
- Muhammad Thoha Junayd
- Ahmad Saud
- Mubis Al Bariqi
- Muhamad Al Barrak
- Yusuf Kalu Ali

*3 Qari Talaqqi (Guru & Murid)*
- Muh Shiddiq Al-Minshawi
- Misyari Rasyid
- Al Hussayne

*6 Qari Dewasa*
- Abu Usamah
- Muammar ZA
- Abdullah Mathrud
- Abdurrahman As-Sudais
- Mishari Rasyid
- Ali Jaber

*TAMBAHAN*
- Doa-Doa Saad Al-Ghomidi
- Doa Harian Anak
- Ruqyah Syariah
- Belajar Bahasa Arab
- Takbir
- Dzikir Pagi Sore
- Hadits Seputar Puasa
- Hadits Arbain
- Bacaan Sholat
- Adzan

️  BONUS SPESIAL
244 Kumpulan Nasyid & Lagu Islami
-Bonus Ceramah Parenting

2. ISI SPEAKER QURAN HAFALAN
MAU ANAK ANDA HAFAL AL-QUR'AN...?
Yuk Hadiahkan Speaker Hafalan Quran

LENGKAP 30 JUZ
---------------------------
️ Per Halaman
️ Per Surat
️ Per Juz
️ Per Ayat
️ Talaqqi (Guru & Murid)
️ Murottal danTerjemahnya

8 QARI PILIHAN
---------------------------
- Mishary Rasyid
- Muhammad Thoha Junayd
- Ahmad Saud
- Emad Al Mansary
- Abdurrahman As Sudais
- Al Hussayne Al Azzazee
- Yusuf Kalu Ali
- Ali Jaber

BONUS
----------------
- Doa Harian Anak
- Asmaul Husna
- Ruqyah Syariah
- Bahasa Arab
- Takbir
- Hadits Seputar Puasa
- Hadits Arbain
- Bacaan Sholat Syaikh Al-Ghomidi
-Bonus Ceramah Ustadz Kholid Basalamah

Senin, 12 Februari 2018

"28 NOVEMBER 1945, PERTEMPURAN LEGENDARIS TENTARA SEKUTU MELAWAN LASKAR HIZBULLAHNYA KOLONEL KH NOER ALI DI JEMBATAN KALI SASAK PONDOK UNGU BEKASI"

Tanggal 28 November 1945 setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya, di Jakarta suasana mencekam juga terjadi karena Belanda berusaha datang untuk menguasai kembali. Pada bulan November turunlah mereka di pelabuhan Tanjung Priuk dengan peralatan perangnya yang bertujuan ingin merebut kembali Jakarta. Sebelumnya Sekutu sudah menggempur Surabaya, namun kedatangan mereka mampu dihadapi dengan heroik oleh arek-arek Suroboyo.
Kedatangan pasukan Sekutu yang didalamnya ada pasukan Belanda di Jakarta melalui Tanjung Priuk sempat dicegat oleh kelompok para ulama yang menamakan dirinya "Laskar Hizbullah" di bawah koordinator KH. Ahmad Mursidi, H. Darip, KH. Noer Ali dan para ulama beserta jamaahnya yang berkumpul di bilangan Matraman. Hal itulah yang membuat pihak Belanda melancarkan tembakannya ke arah para ulama dan jamaahnya. Dengan kalimat Takbir mereka maju tanpa takut sedikitpun. Belanda pun dibuat kewalahan. Berondongan peluru tidak mempan. KH. Ahmad Mursidi berteriak: "Masih ade lagi peloronye? Kalo abis, nih boleh Ente pungutin sendiri!" Belanda dibuat takjub dengan tangan kosong H. Darip membalikan mobil-mobil pengangkut tentara penjajah. Belanda merasa kewalahan, sekalipun demikian tetap saja kelompok ulama dan jamaahnya masih kalah jumlah. Akhirnya upaya membendung kedatangan Belanda sedikit alot. Karena pihak ulama dan jamaahnya merasa letih, pihak Belanda pun dapat memukul mundur sampai ke perbatasan Bekasi. Perburuan Belanda terhadap para ulama dan jamaahnya terjadi. Dan itu yang membuat Gerilya dari Laskar Hizbulloh yang imbasnya Jakarta tidak jatuh ke tangan Belanda untuk ke dua kalinya.
Fakta ini jelas menunjukkan jika para ulama telah menjadikan kawasan Matraman dan sekitarnya menjadi kawasan terpenting dalam perjuangan, dan ini seolah mengulang kembali ajang pertempuran bersejarah yang pernah terjadi beberapa ratus tahun yang lalu dikawasan ini. Tiga ulama ini memang dikenal merupakan ulama-ulama yang terkenal sangat keras dalam menghadapi penjajah.
KH Noer Ali adalah ulama besar bangsa ini, siapapun yang pernah membaca biografinya akan terkagum-kagum dengan sepak terjangnya dalam mempertahankan Kemerdekaan RI. Namanya semakin tenar ketika Bung Tomo selalu menyebut dalam beberapa orasinya di Radio Pemberontak dengan kalimat “Kyai Haji Noer Ali”. Sejak itulah namanya terkenal dengan nama “Kyai Haji Noer Ali”. Disebutnya nama Kyai Noer Ali oleh Bung Tomo menandakan bahwa kiprah perjuangan KH Noer Ali sangat diperhitungkan sepak terjangnya oleh berbagai kalangan. Jika Surabaya bergolak dan didalamnya terdapat peran serta ulama-ulama dan santri maka untuk wilayah Jakarta Raya nama seperti Kolonel KH Noer Ali bersama KH Ahmad Mursyidi, Haji Darip dan juga Guru Amin Kalibata mampu “menggetarkan” jagat perjuangan saat itu dengan “Laskar Hizbullahnya”. Jika sejarah mau jujur, perlawanan dari para ulama-ulama inilah yang nanti banyak memberikan pengaruh besar bagi mental pejuang untuk terus berjuang. Laskar Hizbullah memang pada waktu itu terkenal “Selon” dalam menghadapi penjajah. Modal mereka, doa, keberanian dan takbir, sehingga percaya diri mereka itu sudah tidak perlu diragukan lagi. Mati bagi mereka tidak masalah. Sehingga dengan keberanian seperti ini kadang banyak membuat fihak geleng-geleng kepala, seolah bingung kenapa para pejuang tersebut bisa “nekat”.
Pertempuran Kolonel KH Noer Ali yang sangat begitu heroik dalam melawan sekutu adalah tatkala beliau dan pasukan Hizbullahnya bertempur mati-matian mempertahankan Front terakhir di perbatasan Jakarta Bekasi pada tanggal 28 November 1945, 18 hari setelah perang besar 10 November 1945 di Surabaya. Pertempuran 28 November 1945 tepatnya berlangsung di Jembatan Kali Sasak di daerah Pondok Ungu Medan Satria Bekasi Barat (kebetulan dekat dengan rumah kami). Dalam pertempuran hidup mati ini, banyak saksi mata yang mengatakan jika pasukan KH Noer Ali kebal terhadap peluru, demikian pula KH Noer Ali, dengan bekal wirid-wirid yang pernah diajarkan oleh guru-gurunya, KH Noer Ali mampu menghidupkan keberanian para anak buahnya.
Begitu heroiknya pertempuran ini, sampai-sampai Chairil Anwar membuat sebuah Syair yang terkenal berjudul KARAWANG BEKASI. Pertempuran di Kali Sasak Pondok Ungu ini dapat dikatakan satu pertempuran terkeras dan tersengit di wilayah Jakarta Raya. Tidak heran pasca serangan besar-besaran yang ditujukan kewilayah Bekasi Karawang, kondisi menjadi luluh lantak seperti kondisi kota Surabaya. Sekutu sepertinya tidak puas jika belum membom wilayah Karawang Bekasi. Karawang Bekasi memang sangaja dihancurkan karena daerah ini merupakan lumbung beras terakhir untuk wilayah Jakarta, jika daerah ini hancur, maka logistik beras untuk rakyat Jakarta, otomatis terhenti. Namun sekalipun Karawang Bekasi hancur, perjuangan Pasukan KH Noer Ali dan juga Kapten Lukas (kelak beliau masuk Islam setelah menikah dengan istrinya yang muslimah) tetap menggelorakan perjuangan.
Dengan semangat jihad serta kelihaian Strategi Kolonel KH Noer Ali mampu menunjukkan kelasnya sebagai komandan tempur yang handal, bersama dengan Kapten Lukas, dua orang ini merupakan “buronan” penjajah Belanda, karena pasukan mereka terkenal alot dan cerdik dalam melakukan sergapan.
Sampai saat ini nama Kolonel KH Noer Ali begitu melegenda di daerah Bekasi. Kami sendiri adalah pengagum beliau dan Alhamdulillah masih sempat bertemu beberapa kali dengan beliau dalam acara-acara Maulid ataupun Haul yang sering diadakan Majelis-majelis di Jakarta pada dekade tahun akhir 80 dan awal 90an. Pada masanya, nama beliau banyak disebut-sebut penjajah Belanda. Seorang pakar sejarah Belanda bahkan pernah terkagum-kagum dengan beliau ini, pakar tersebut bahkan sempat berkata kepada Kyai Noer Ali, “ternyata seorang Kolonel Noer Ali bukan tentara yang gagah perkasa. Penampilan anda begitu bersahaja, bahkan sangat sederhana, malah pakai kain dan jubah, saya takjub dengan jati diri anda”. Kiprah dan kisah perjuangan Sang Kolonel yang Ulama bahkan pernah ingin dibuat oleh Dinas Sejarah TNI AD, namun karena Sang Kolonel tipikalnya rendah hati dan hati-hati, Sang Kolonel memberikan syarat, jika ingin membuat kisahnya, Dinas Sejarah TNI AD harus bersumber langsung darinya, dan Kolonel ingin melihat tulisan Dinas Sejarah tersebut, akur atau tidak dengan kisah sesungguhnya dari Sang Kolonel. Sampai wafatnya akhirnya kisah perjuangan beliau lebih banyak ditulis fihak lain daripada fihak militer, padahal Sang Kolonel sangat dikagumi banyak pejuang sepeti Jenderal Abdul Haris Nasution dan juga tokoh-tokoh besar lainnya.
Mengenai hubungan dengan Masjid Jami Matraman Dalam dan wilayah sekitarnya, tidak bisa dipungkiri bila hal itu memang ada, apalagi bila melihat data diatas. Dalam tulisan selanjutnya juga akan diketahui bahwa ilmu beladiri yang dimiliki Kolonel KH Noer Ali bersama Haji Darip Klender salah satunya berasal dari dari aliran SILAT MATRAMAN yang merupakan warisan dari putra dari Pangeran Diponegoro yang nantinya akan banyak memberikan warna pada perjalanan sejarah Masjid Jami’ Matraman Dalam dan sekitarnya.
Pada masa pendudukan Jepang (tahun 1942-1945) namanya sempat dimasukan ke dalam SHUMUBU yaitu Kantor Urusan Agama Jepang. Pada pertengahan April 1942, KH Noer Ali memenuhi undangan tentara Jepang menghadap pimpinan Shumubu yang berada dekat Masjid Jami’ Matraman Dalam Jatinegara Jakarta Timur (kemungkinan kantor ini sesudahnya menjadi rumah KH Wahid Hasyim). Ternyata dikantor ini KH Noer Ali bertemu dengan Muhammad Abdul Muniam Inada, pelajar Jepang yang menjadi temannya saat berada di Mekkah dan saat itu sudah menjadi ketua Shumubu. Saat itu secara resmi beliau diminta menjadi anggota Shumubu, namun dengan gaya diplomasi beliau bisa menghindarkan diri dari aktifitas Shumubu yang merupakan propaganda politik Jepang.
Keberadaan KH Noer Ali yang secara historis sangat dekat dengan wilayah Matraman dan sekitarnya tentu sangat membanggakan bagi masyarakat setempat. Perlu diketahui pada masa itu Masjid Matraman Dalam dan sekitarnya adalah masuk wilayah Jatinegara Jakarta Timur, sebelum nanti akhirnya dipecah dan menjadi daerah Jakarta Pusat. Pada masa itu Matraman dan sekitarnya adalah daerah pergolakan, tentu KH Noer Ali yang merupakan pejuang, intelektual, ulama, guru besar, sangat mengetahui persis tentang sejarah dari Masjid Jami’ Matraman Dalam dan sekitarnya, apalagi pada masa itu banyak penduduk atau ulama-ulama keturunan Matraman Dalam asli yang masih hidup, tentu interaksi beliau cukup baik.
Dalam perjalanan Majelis Taklim yang pernah kami ikuti di jalan Kimia yang diasuh oleh Al-Ustadz Ishak Usman, pada tahun 1988 – 1989 bahkan Kyai Noer Ali ini pernah diundang dalam acara kegiatan pengajian. Beliau datang dengan jubah hitam dengan ikat sorban dikepala (imamah) yang berwarna kuning dengan memakai tongkat. KH Noer Ali memang sangat karismatik dan berwibawa. Memang ciri khas beliau ini selalu memakai jubah, kadang hijau, kadang hitam, kadang putih. Dalam pengalaman kami bertemu beliau, memang beliau ini dimana-mana selalu ditunggu dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Kami termasuk fihak yang “kenyang” bertemu beliau, sehingga kami hafal ditempat mana beliau biasanya datang dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan ulama-ulama Jakarta, seperti Maulid Nabi, Haul, Isra Mi’raj, dll.

Setiap pertemuan dengan beliau, selalu saja kami mendengar tentang “keajaiban” kisah beliau dalam berperang melawan penjajah Belanda dan sekutunya. Sehingga itu menambah keinginan kami untuk lebih dekat melihat beliau. Ceramah beliau memang sangat bisa difahami dengan mudah, bahasa beliau cukup ringkas tapi penuh arti. “Singa Karawang Bekasi” ini secara tidak langsung telah memberikan warna keagamaan dalam hidup kami. Kami sendiri setahun yang lalu bahkan pernah berkunjung ke kediaman KH Amir Noer dan cucu beliau di Pondok Pesantren Ujung Harapan Bekasi dalam rangka penelitian nasab yang sesungguhnya KH Noer Ali. Penelitian kami lakukan karena kami ingin mengetahui siapa sebenarnya leluhur dari Pahlawan Besar ini. Bahkan dengan cucu beliau yang merupakan lulusan dari Zabid Hadramaut kami sempat melakukan wawancara cukup panjang, namun Sayangnya penelitian ini tidak kami lanjuti karena kesibukan-kesibukan yang tidak bisa kami tinggal.
Sampai akhir hayatnya, Sang Kolonel lebih banyak berkiprah didunia dakwah dan pendidikan. Beliau sepertinya lebih nyaman menjadi ulama ketimbang menjadi abdi pemerintah ataupun politikus. Nasehat gurunya (Syekh Ali Al-Maliki) saat di Mekkah sepertinya selalu terbayang dan terngiang, bahwa gurunya itu tidak akan pernah Ridho Dunia Akhirat jika mendengar muridnya ini menjadi abdi pemerintah. Sikap hormat dan patuh terhadap gurunya ini memang sudah banyak didengar oleh beberapa sahabatnya, sehingga tidaklah mengherankan jika mereka melihat KH Noer Ali kemudian menjadi ulama plus pendidik tangguh di wilayah Bekasi dan sekitarnya. Sampai saat ini nama Sang Kolonel yang juga Kyai ini masih harum. Beruntunglah rakyat Bekasi mempunyai ulama yang dulu pernah mampu menghadapi penjajah dengan perlawanan hebatnya.....
KARAWANG BEKASI !!!
Sumber :
Al Fattah, Iwan Mahmud. Masjid Jami Matraman Dalam Dan Sekitarnya, Harta Karun Sejarah Jayakarta, Jakarta : Ikrafa, 2015, hlm 197 – 200